Sabtu, 01 Juni 2013

Tulisan 2 – Hubungan Interpersonal

Sebagai makhluk tuhan dengan kodrat disebut makhluk sosial, manusia selalu saja membutuhkan kehadiran bahkan bantuan orang lain dalam menjalani kehidupan. Menjalin hubungan yang baik dengan kerabat menjadi salah satu kebutuhan bagi setiap manusia dalam menjalin hubungan interpersonal. Menurut anda, apakah pengertian hubungan interpersonal? Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan “Ketertarikan interpersonal (Interpersonal Attraction)”. Menurut Baron dan Byrne (2006), ”Interpersonal Attraction” adalah penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, dimana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu dimensi, dari strong liking sampai dengan strong dislike atau dari yang biasa menjadi luar biasa.

         Hubungan interpersonal, menurut saya sangatlah berguna tanpa adanya hubungan ini kita tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu lewat hubungan interpersonal jugalah banyak informasi yang akan kita dapatkan, bukan sekedar itu hubungan interpersonal yang baik juga akan membawa peluang pekerjaan bagi kita. Karena interpesonaal yang baik adalah salah satu kriteria utama perekrutan seorang calon pegawai baik negeri maupun swasta. “Hubungan Interpersonal sangat penting, bahkan sangat menentukan kesehatan mental seseorang. Jika seseorang tak berhasil mengembangkan hubungan interpersonalnya secara sehat, ia juga akan gagal berkembang menjadi pribadi yang sehat” ( Sumber : Widyarini, Nilam. 2009. Membangun Hubungan Antar Manusia. Jakarta : Elex Media).


         Berbicara mengenai hubungan interpersonal  tentunya tidak terlepas dari beberapa model hubungan interpersonal itu sendiri. “menurut model ini, hubungan antar pribadi yang tidak memuaskan merupakan sumber utama penyebab tingkah laku maladaptive” (Sumber : Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius). Apa arti maladaftif?  Maladaptif adalah individu yang tidak bisa menyessesuaikan diri atau gagal dalam menyesuaikan diri, baik dengan orang lain ataupun dengan lingkungannya.

a)    Model-model hubungan interpersonal

  1.     Pertukaran Sosial (Social Exchange)
Menurut teori ini manusia saling menjalin hubungan dengan tujuan memuaskan kebutuhan masing-masing. Setiap orang mengharapakan sesuatu dari hubungannya dengan orang lain. Kalau ia memiliki cukup kebebasan ia akan memutuskan hubungan tersebut, sebaliknya, kalau ia tidak dapat keluar dari situasi hubungan tidak adil yang menimbulkan penderitaan, ia akan terjatuh masuk kedalam psikopatologi.
(Sumber : Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius)
2.    Model peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya. Kemampuan memerankan peranan tertentu, serta mampu menghindari konflik peranan bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai peranan yang kontradiktif.
3.    Model Permainan
Hubungan interpersonal sebagai ajang menampilkan salah satu aspek kepribadian individu (orang tua, dewasa, anak). Dikenai sebagai analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua). Lalu, kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional). Terakhir, kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
4.    Model Interaksional
Hubungan interpersonal merupakan suatu sistem yang memiliki sifat-sifat struktural, integrali dan medan yang masing-masing saling terkait. Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.
(Sumber : http://arsip.uii.ac.id/files/2012/08/05.2-bab-2137.pdf )

a)    Cara memulai hubungan
Pembentukan
Pembentukan kesan dan dan ketertarikan interpersonal dalam memulai hubungan. Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal :
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya atau lawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori (informasi demografis, sikap dan pendapat (tentang orang atau objek), rencana yang akan datang, kepribadian, perilaku pada masa lalu, orang lain, terakhir hobi dan minat).
Peneguhan Hubungan
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, maka diperlukantindakan-tindakan untuk memelihara keseimbangan. Dalam memelihara keseimbangan terdapat empat faktor, yaitu  keakraban, keakraban ialah pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan  komunikator. Control berarti kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut. Respon yang tepat atau feedback (umpan balik) yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat. Terakhir, nada emosional yang tepat atau keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung.
Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan diad dan hubungan triad. Hubungan diad merupakan hubungan atara dua individu. Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang. Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial.
Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama.
Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure).


c)    Intimasi dan Hubungan Pribadi
Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Intimasi juga adalah salah satu atribut yang paling menonjol dalam suatu hubungan intim daripada hubungan pribadi yang lain. Keintiman (intimacy) sangat berkaitan dengan derajat kecintaan, kepercayaan, kepuasan, tanggung jawab dan pengertian pasangan dalam hubungan yang dekat (intim). Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love, atau yang dikenal dengan segitiga cinta Stenberg. Apabila salah satu komponen cinta tersebut telah hilang dari satu hubungan, akan muncul rasa ketidak nyamanan antar salah satu pihak. Ini yang akan menimbulkan sebuah perpisahan pada setiap pasangan.


d)    Intimasi dan Pertumbuhan
Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik antara lain ialah berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan, menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain atau kejujuran yang menumbuhkan sikap percaya.sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Jadi, sangat penting suatu keintiman dalam menjalin hubungan. Ketika keintiman hilang, hubungan menjadi hambar. 


          
Sumber : http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/11/hubinterpersonal.pdf
Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar