Pengertian Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik,
psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa
sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Arti penting stress
Istilah stres ditemukan
oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stres sebagai respon
yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya.
Dengan kata lain istilah stress dapat digunakan untuk menunjukkan suatu perubahan
fisik yang luas yang diakibatkan oleh berbagai faktor psikologis, faktor fisik atau
kombinasi kedua faktor tersebut.
Menurut Lazarus (1976)
stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan kerena individu
dihadapkan pada situasi internal dan eksternal. Sedangkan menurut Korchin
(1976) keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau
terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang. Stress tidak
hanya kondisi yang menekan seseorang ataupun keadaan fisik atau psikologis
seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stres adalah
keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari, 1989).
Efek-efek Stress menurut Hans Selye
Menurut Hans Selye,
ahli endokrinologi terkenal di awal 1930 tidak semua jenis stres bersifat merugikan.
Berikut adalah beberapa efek dari stress:
1.
Local Adaptation Stres.
Local Adaptation Stress
adalah ketika tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon
setempat ini contohnya seperti pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi
cahaya, dan masih banyak lagi. Responnya berlangsung dalam jangka yang sangat pendek.
Karakteristik dari LAS adalah respon yang terjadi hanya setempat dan tidak
melibatkan semua system, respon bersifat adaptif sehingga diperlukan stresor
untuk menstimulasinya, respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus,
dan respon bersifat restorative.
2.
General Adaptation Syndrome
General Adaptation
Syndrome adalah istilah penting dari Hans Selye yang ditemukan saat membahas
tentang stress. Menurutnya ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia
akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh
kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatetik. Reaksi
fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress itulah yang disebut
sebagai General Adaption Syndrome.
GAS terdiri dalam tiga fase :
a. Alarm reaction (reaksi peringatan) pada fase
ini tubuh dapat mengatasi stressor(perubahan) dengan baik. Apabila ada rasa
takut atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang
mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi
bahaya mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan otot
berkontraksi.
b. The stage of resistance (reaksi pertahanan).
Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh.
Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon
ini disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah,
misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan ramah
dan sebagainya
c. Stage of exhaustion (reaksi kelelahan). Pada
fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis
antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim,
dan berbagai bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau
terlalu banyak makan.
Dan Hans Selye membagi stress kedalam 3
tingkatan :
a. Eustress adalah respon stress ringan yang
menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini
tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi
menghadapi suatu perkawinan.
b. Distress merupakan respon stress yang buruk
dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
c. Optimal stress atau Neustress adalah stress
yang berada antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang menekan
namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah,
berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
Stres dikatakan menjadi
sebuah faktor penunjang untuk produksi suatu penyakit tertentu, atau mungkin
menjadi penyebab respon perilaku negatif, seperti merokok, minum alkohol dan
penyalahgunaan narkoba yang semuanya dapat membuat kita rentan terhadap
penyakit. Hal buruk dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga
menyebabkan tubuh kita menjadi kurang tahan terhadap sejumlah masalah
kesehatan.
Efek fisiologis dari stress menurut Hans Selye, pada tubuh diawali
dari nyeri dada, insomnia atau susah tid, nyeri kepala ringan sampai sedang,
hipertensi atau tekanan darah tinggi dan menyebabkan nyeri tukak.
Faktor-faktor
social dan individual yang menjadi penyebab stress
a.
Faktor sosial
Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin
sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan
depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres.
Dukungan sosial mencakup dukungan emosional, seperti rasa dikasihi dan
disayangi. Lalu, dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa. Selanjutnya,
dukungan informasi misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
b.
Faktor Individual
Biasanya seseorang menjumpai stresor atau
penyebab stress didalam lingkungannya. Nah, ada dua karakteristik pada stresor
tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu. Yang pertama adaah
berapa lamanya (duration) seseorang harus menghadapi stressor. Dan yang kedua
adalah seberapa terduganya stresor itu (predictability).
Tipe-tipe Stress Psikologis
Manusia berespon
terhadap stres secara keseluruhan, sehingga kita tidak dapat memisahkan secara
sangat tegas bentuk-bentuk stres. Stres biologis, misalnya adanya infeksi kuman
dalam tubuh, akan juga berpengaruh terhadap emosi kita. Tak hanya itu, suatu
stress psikologis contohnya kegagalan dalam mengikuti ujian, sangat berpengaruh
terhadap kesejahteraan fisik seseorang. Meski demikian, dapat disebutkan beberapa
tipe stres psikologis yang terjadi secara bersamaan diantaranya adalah :
a.
Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun
luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang
dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
b.
Konflik
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah
tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang
berlawanan. Konflik dibagi kedalam tiga tipe :
1. Konflik menjauh-menjauh : individu terjerat
pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya, seorang pelajar yang
sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai ujian yang sangat jelek,
apalagi sampai tidak naik kelas.
2. Konflik mendekat-mendekat : individu
terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu
acara seminar yang sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat bersamaan
kita sedang mengikuti pelajaran dikelas yang sangat kita sukai.
3. Konflik mendekat-menjauh: terjadi ketika
individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar
dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya
ketika pasangan yang baru menikah berpikir tentang apakah akan segera memiliki
anak atau tidak? Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat
dikatakan sempurna, dan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh
bertanggung jawab atas bayi yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada
tuntutan financial (uang) dan waktu, kemungkinan kehadiran bayi akan mengganggu
relasi suami-istri karena mereka sibuk dengan bekerja.
c.
Frustrasi.
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita
mengalami hambatan dalam pencapaiannya. Contohnya bila kita telah berjuang
keras dalam belajar dan gagal mendapat nilai baik, kita akan mengalami
frustrasi. Atau bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian terlambat
datang kesuatu acara yang penting (misalnya karena jalanan macet) kita juga
dapat merasa frustrasi. Bias juga, bila kita sangat memerlukan sesuatu (misalnya
memerlukan uang untuk bayar kuliah), dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh
tentu kita juga akan mengalami frustrasi.
d.
Kecemasan
Gelisah, khawatir, takut, phobia dan perasaan
semacamnya itu merupakan suatu tanda atau sinyal seseorang mengalami suatu kecemasan.
Biasanya kecemasan di timbulkan karena adanya rasa kurang nyaman, rasa tidak
aman atau merasa terancam pada dirinya. Contohnya cemas ketika akan melakukan
presentasi tugas kelompok dikelas.
Pendekatan problem solving terhadap stress
Strategi coping yang spontan menghadapi stress :
1.
Menghilangkan stres mekanisme pertahanan, dan penanganan yang berfokus
pada masalah
Menurut
Lazarus
penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a. Coping yang berfokus pada masalah
(problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk
penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi
masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
b. Coping yang berfokus pada emosi
(problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres
dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional,
terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
2.
Strategi penanganan stres dengan mendekat dan menghindar:
a.
strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk
memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut
dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang
ditimbulkannya secara langsung
b.
strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk
menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam
tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress
3.
Berpikir positif dan self-efficacy
Menurut Bandura self-efficacy adalah sikap
optimis yang memberikan perasaan dapat mengendalikan lingkungannya sendiri. Menurut
model realitas kenyataan dan khayalan diri yang dikemukan oleh Baumeister,
individu dengan penyesuaian diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan
tentang diri mereka sendiri yang sedikit di atas rata-rata. Memiliki pendapat
yang terlalu dibesar-besarkan mengenai diri sendiri atau berpikir terlalu
negatif mengenai diri sendiri dapat mengakibatkan konsekuensi yang negatif.
Bagi beberapa orang, melihat segala sesuatu dengan terlalu cermat dapat
mengakibatkan merasa tertekan. Secara keseluruhan, dalam kebanyakan situasi,
orientasi yang berdasar pada kenyataan atau khayalan yang sedikit di atas
rata-rata dapat menjadi yang paling efektif .
4.
Sistem dukungan
Menurut East, Gottlieb, O’Brien,
Seiffge-Krenke, Youniss & Smollar, keterikatan yang dekat dan positif
dengan orang lain terutama dengan keluarga dan teman secara konsisten ditemukan
sebagai pertahanan yang baik terhadap stres.
sumber:
Rochman, K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto. Fajar
Media Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar