Selasa, 23 April 2013

Tulisan 3, kesehatan mental (tugas 2)


Coping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima. Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut. Atau mudahnya coping berarti ciri-ciri atau cara individu dalam menghadapi tekanan atau situasi menekan.  Seorang ahli medis bernama ZJ Lipowski dalam penelitiannya memberikan definisi mekanisme coping:  “all cognitive and motor activities which a sick person employs to preserve his bodily and psychic integrity, to recover reversibly, impaired function and compensate to limit for any irreversible impairment.” (artinya: semua aktivitas kognitif dan motorik yang dilakukan oleh seseorang yang sakit untuk mempertahankan integritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak, dan membatasi adanya kerusakan yang tidak bisa dipulihkan).
Mekanisme coping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi baik dalam dirinya ataupun lingkungannya, serta respon terhadap situasi yang mengancam dirinya. Ini terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi temperamen individu dan persepsinya masing-masing.

Pengertian dari jenis-jenis coping



Jenis-jenis coping terbagi dua, yang pertama adalah emotional focus coping dan yang kedua adalah problem focus coping. Berikut akan dijelaskan secara lebih jelas :
a.    Emotional focus Coping
Emotional focus coping digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Biasanya ini dilakukan melalui perilaku individu, seperti: penggunaan rokok, intinya bagaimana menghilangkan fakta - fakta yang tidak menyenangkan dengan melalui strategi yang kognitif. Bila individu tidak mampu  mengubah kondisi yang ‘stresfull’ atau stresss berat, individu akan cenderung untuk  mengatur emosinya.
b.    Problem focus Coping
problem focus coping digunakan untuk mengurangi stressor (penyebab-penyebab stress), individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru yang belum pernah ia lakukan. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila yakin akan dapat merubah situasi lebih baik lagi. Coping dibagi dua bagian, yaitu memfokuskan pada pemecahan masalah dan yang kedua memfokuskan pada emosi pribadi individu. Jenis-jenis coping yang memfokuskan pada pemecahan masalah berupa :
1.         Keaktifan diri adalah suatu tindakan yang mencoba menghilangkan atau mengelabuhi penyebab stres atau untuk memperbaiki akibat yang ditimbulkan. Jadi, individu secara aktif bias menghilangkan stress dengan melakukan sesuatu hal yang baginya menarik agar dapat merubah diri jadi lebih baik.
2.        Perencanaan adalah memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab stress. Seorang individu pasti mempunyai rencana sebelum melakukan sesuatu, agar sesuatu yang ingin dilakukannya berjalan dengan baik dan terencana.
3.        Kontrol diri adalah individu membatasi keterlibatannya dalam
aktivitas persaingan dan tidak terburu-buru untuk mencari alternative lainatau cara lain  untuk mengatasi stressnya.
4.        Mencari dukungan social adalah mencari bantuan seperti informasi, nasihat-nasihat orang yang lebih paham dengan suatu masalah, dan mencari suatu motivasi.
Lalu ada coping yang memfokuskan pada emosi, yaitu berupa :
1.  Mengingkari adalah suatu tindakan atau pengingkaran terhadap suatu masalah. Misalnya kita punya janji lalu kita melupakannya.
2. Penerimaan diri, adalah suatu situasi yang penuh dengan tekanan sehingga keadaan ini memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya kita menerima apapun kondisi yang kita alami dengan lapang dada dan berserah diri pada yang diatas.
3.  Religius, adalah sikap individu untuk menenangkan dan menyelesaikan masalah-masalah secara keagamaan. Misalnya dengan mengikuti acara-acara keagamaan misalnya pengajian agar hidup kita menjadi tenang, tentram dan damai.
Jenis-Jenis Coping yang Konstruktif dan Positif



a. coping yang konstruktif
Pertama adalah escape, escape adala usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah dan beralih pada hal-hal yang tidak baik, seperti mabuk-mabukan. Kedua adalah accepteance. Hal ini terjadi karena tidak ada lagi yang dapat memecahkan masalah, maka lebih memilih pasrah pada yang terjadi dan menerimanya dengan lapang dada. Ketiga adalah avoidance. Avoidance adalah individu berusaha menyanggah dan mengingkari serta melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya. Dengan mencari suatu hal baru. Terakhir adalah avoidant coping. Avoidant coping adalah strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stress dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stress.
b.    Coping yang positif
Pertama adalah active coping, ini adalah strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber stress.intinya individu megubah pandangan suatu stressnya dengan sebuah pandangan baru yang lebih bermakna. Kedua adalah problem solving focused coping, ini adalah individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk mehilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress. Misalnya dengan memita bantuan orang lain. Ketiga adalah distancing, ini adalah usaha untuk menghindari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positif dan menganggap sepele suatu masalah. Keempat adalah planful problem solving, ini adalah individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress dengan melibatkan tindakan yang teliti, hati-hati, bertahap, dan bersifat analitis. Kelima adalah positive reappraisal ini adalah usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri dan melibatkan hal-hal religi atau keagamaan. Keenam adalah self control atau control diri, ini adalah suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, tidak ceroboh mengambil suatu tindakan. Ketujuh adalah emotion focused coping, ini berarti melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam penyesuaian diri dengan dampak yang ditimbulkan oleh kondisi yang penuh tekanan. Kedelapan adalah seeking social support, ini berarti suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadapi masalah dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, berupa perhatian atau sebuah kasih sayang. Dan yang terakhir adalah positive reinterpretation, ini berarti respon dari individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya atau mencoba mengambil pandangan positif (lebih bermakna) dari sebuah masalah.
Sumber:
Basuki, S. A.M Heru.2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-dyasdindan-5184-3-bab2.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar