Konseling
dan Psikoterapi, keduanya sebagai teknik penanganan masalah dalam psikologi
tetapi mempunyai cara-caranya tersendiri.
PEMBAHASAN
KONSELING
A. Definisi Konseling
Menurut A.C. English dalam Shertzer & Stone (1974), Konseling
merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli (klien) membuat
interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana,
atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya. Menurut APGA (American
Personel Guidance Association) dalam Prayitno (1987 : 25), Konseling adalah
hubungan antara seorang individu yang memerlukan bantuan untuk mengatasi
kecemasannya yang masih bersifat normal atau konflik atau masalah pengambilan
keputusan. Menurut Talbert (1959), Konseling adalah hubungan pribadi yang
dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui
hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan
situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya
sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan
menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun
masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan
masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
Menurut Cavanagh, Konseling merupakan “a relationship
between a trained helper and a person seeking help in which both the skills of
the helper and the atmosphere that he or she creates help people learn to relate
with themselves and others in more growth-producing ways.” Hubungan antara
seorang penolong yang terlatih dan seseorang yang mencari pertolongan, di mana
keterampilan si penolong dan situasi yang diciptakan olehnya menolong orang
untuk belajar berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain dengan
terobosan-terobosan yang semakin bertumbuh (growth-producing ways). Menurut
Tohari Musnawar (1992), Konseling dalam Islami adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk
Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,
sehingga mencapai kebahagiaan di dunia dan diakhirat. Kesemuanya berlandaskan
kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sebab keduanya merupakan sumber pedoman
kehidupan umat Islam.
Menurut Schertzer dan Stone (1980), Konseling adalah upaya
membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara
konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu
membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya
sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya. Menurut Jones (1951), Konseling
adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa
difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan.
Dimana ia diberi panduan pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien.
Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk
memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan. Prayitno dan Erman Amti (2004:105), Konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien.
Menurut ASCA (American School Conselor Association), Konseling
adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan
dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor mempergunakan
pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu klien mengatasi
masalah-masalahnya. Menurut Pepinsky & Pepinsky, dalam Schertzer dan Stone
(1974), Konseling merupakan interaksi yang (a) terjadi antara dua orang
individu ,masing-masing disebut konselor dan klien ; (b) terjadi dalam suasana
yang profesional (c) dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudah kan
perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien. Menurut Smith dalam Sertzer &
Stone (1974), Konseling merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli
(klien) membuat interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan
pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
Menurut Division of Conseling Psychology, Konseling
merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan
perkembangan dirinya dan untuk mencapai perkembangan yang optimal kemampuan
pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu. Menurut
Blocher dalam Shertzer & Stone (1969), Konseling adalah membantu individu
agar dapat menyadari dirinya sendiri dan memberikan reaksi terhadap
pengaruh-pengrauh lingkungan yang diterimanya, selanjutnya, membantu yang
bersangkutan menentukan beberapa makna pribadi bagi tingkah laku tersebut dan
mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan dan nilai-nilai untuk perilaku
dimasa yang akan datang. Menurut Berdnard & Fullmer (1969), Konseling
merupakan pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan
kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan
membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketiga hal tersebut.
Menurut Lewis, dalam Shertzer & Stone (1974), Konseling
adalah proses mengenai seseorang individu yang sedang mengalami masalah (klien)
dibantu untuk merasa dan bertingkah laku dalam suasana yang lebih menyenangkan
melalui interaksi dengan seseorang yang bermasalah yang menyediakan informasi
dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan tingkah laku yang
memungkinkan kliennye berperan secara lebih efektif bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya. Menurut Pietrofesa, Konseling merupakan tatap muka yang bersifat
rahasia,jenuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor
kepada konseli. Terakhir menurut Winkell (2005 : 34), Konseling merupakan
serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli /
klien secara tatap muka langsung dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap bebagai persoalan atau masalah khusus maka
masalah yang dihadapi oleh klien dapat teratasi semuanya.
B. Tujuan Konseling
Secara umum tujuan konseling adalah agar klien dapat
mengubah perilakunya ke arah yang lebih maju (progressive behavior changed),
melalui terlaksananya tugas-tugas perkembangan secara optimal, kemandirian dan
kebahagiaan hidup. Secara khusus tujuan konseling tergantung dari masalah yang
dihadapi oleh masing-masing klien.
Jones (1995:3) menyatakan setiap konselor dapat merumuskan
tujuan konseling yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing klien.
Sebagai contoh tujuan konseling adalah agar klien dapat memecahkan masalahnya
saat ini, menghilangkan emosinya yang negatif, mampu beradaptasi, dapat membuat
keputusan, mampu mengelola krisis, dan memiliki kecakapan hidup (lifeskill).
McLeod,
(2008:13-14) menjabarkan tujuan-tujuan konseling sebagai berikut :
a. Pemahaman. Adanya pemahaman terhadap akar dan
perkembangan kesulitan emosional mengarah pada peningkatan kapasitas untuk
lebih memilih control rasional daripada perasaan dan tindakan. b. Hubungan
dengan orang lain. Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan
yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain.c. Kesadaran diri. Menjadi lebih
peka terhadap perasaan dan pemikiran yang selama ini ditahan atau ditolak. d. Penerimaan
diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh kemampuan
menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subyek kritik dan penolakan. e. Pemecahan
masalah. Menemukan pemecahan masalah tertentu yang tidak bias diselesaikan oleh
konseli sendiri. f. Aktualisasi diri atau individuasi. Pergerakan ke arah
pemenuhan potensi atau pemenuhan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling
bertentangan. g. Pendidikan psikologi. Membuat konseli mampu menangkap ide dan
teknik untuk memahami dan tingkah laku. h. Keterampilan sosial. Mempelajari dan
menguasai keterampilan sosial dan interpersonal. i. Perubahan kognitif.
Mengganti kepercayaan yang irasional dan pola pemikiran yang tidak dapat
diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancur. j. Perubahan
tingkah laku. Mengganti perilaku yang maladaptif.k. Perubahan sistem.
Memperkenalkan perubahan dengan cara beroperasinya sistem sosial. l. Penguatan.
Berkenaan dengan keterampilan, kesadaran, dan pengetahuan yang akan membuat
konseli mampu mengontrol kehidupannya. m. Restitusi. Membantu konseli membuat
perubahan kecil terhadap perilaku yang merusak. n. Reproduksi dan aksi sosial.
Menginspirasikan dalam diri seseorang hasrat dan kapasitas untuk peduli kepada
orang lain, membagi pengetahuan, dan mengontribusikan k.ebaikan bersama melalui
kesepakatan politik dan kerja komunitas.
C. Ciri-ciri konseling
Konseling merupakan pelayanan professional yang memiliki
ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan pelayanan bimbingan yang lain. Combs and
Avila (1985:1-2); Brammer and Shostrom (1982:114); Depdiknas (2004:13-14); dan
Asosiasi Bimbingan dan Konseling (2005:6) mengemukakan beberapa ciri konseling
yaitu: konseling sebagai suatu profesi bantuan (helping profession), konseling
sebagai hubungan pribadi (relationship counseling), konseling sebagai bentuk
intervensi (interventions repertoire), konseling untuk masyarakat luas
(counseling for all), dan konseling sebagai pelayanan psikopedagogis
(psycho-pedagogical service).
D. Fungsi pelayanan konseling
Pelayanan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak
dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan konseling. Fungsi tersebut mencakup;
fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan
dan pengembangan, serta fungsi advokasi. Kelima fungsi tersebut diuraikan
sebagai berikut:
Fungsi
pemahaman (understanding function)
Fungsi
pemahaman yaitu fungsi konseling yang menghasilkan pemahaman bagi klien atau
kelompok klien tentang dirinya, lingkungannya, dan berbagai informasi yang
dibutuhkan. Pemahaman diri meliputi pemahaman tentang kondisi psikologis
seperti: intelegensi, bakat, minat, dan ciri-ciri kepribadian, serta pemahaman
kondisi fisik seperti kesehatan fisik (jasmaniah). Pemahaman lingkungan
mencakup: lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosial, sedangkan pemahaman
berbagai informasi yang dibutuhkan: informasi pendidikan dan informasi karier.
Fungsi
pencegahan (preventive function)
Fungsi
pencegahan adalah fungsi konseling yang menghasilkan kondisi bagi tercegahnya
atau terhindarnya klien atau kelompok klien dan berbagai permasalahan yang mngkin
timbul, yang dapat mengganggu, menghambat atau menimbulkan kesulitan dan
kerugian-kerugian tertentu dalam kehidupan dan proses perkembangan.
Fungsi
pengentasan (curative function)
Fungsi
pengentasan adalah fungsi konseling yang menghasilkan kemampuan klien atau
kelompok klien untuk memecahkan masalah-masalah yang dialaminya dalam kehidupan
dan/atau perkembangannya.
Fungsi
pemeliharaan dan pengembangan (development and preservative)
Fungsi
pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi konseling yang menghasilkan
kemampuan klien atau kelompok klien untuk memelihara dan mengembangkan berbagai
potensi atau kondisi yang sudah baik agar tetap menjadi baik untuk lebih
dikembangkan secara mantap dan berkelanjutan.
Fungsi
advokasi
Fungsi
advokasi adalah fungsi konseling yang menghasilkan kondisi pembelaan terhadap
berbagai bentuk pengingkaran atas hak-hak dan/atau kepentingan pendidikan dan
perkembangan yang dialami klien atau kelompok klien.
E. Teknik konseling
Dalam proses konseling, konselor harus mampu menggali
perasaan dan pikiran konseli. Proses penggalian ini membutuhkan sebuah teknik
khusus agar pertanyaan/pernyataan yang dilontarkan konselor kepada konseli
dapat menghipnosis konseli untuk semakin terbuka. Untuk itu, konselor harus
menguasai teknik-teknik konseling secara verbal (dengan kata-kata) maupun
nonverbal.
1. Teknik konseling verbal
Menurut
Winkell (1991:316), teknik konseling verbal adalah tanggapan–tanggapan verbal
yang diberikan konselor, yang merupakan perwujudan kongkret dari maksud
pikiran, perasaan yang terbentuk dalam batin konselor untuk membantu konseli
pada saat tertentu.
Ungkapan
konselor kepada konseli akan menggunakan sebuah teknik verbal atau lebih,
tergantung pada intensitas pertemuannya. Tanggapan verbal konselor akan dituangkan
dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan, kalimat tanya, atau komibanasi dari
pernyataan dan kalimat tanya. Teknik-teknik konseling secara verbal adalah
sebagai berikut (Winkell, 1991:316):
a. Ajakan untuk memulai (invitation to talk)
Pada
akhir fase pembukaan konselor mempersilahkan konseli untuk mulai menjelaskan
masalah yang ingin dibicarakan. Jika konseli dating kepada konselor atas
inisiatifnya sendiri, ajakan untuk memulai ini akan mudah ditangkap oleh
konseli. Akan tetapi, jika konseli dating kepada konselor karena dipanggil,
konselor harus sangat bijaksana dalam menentukan terhadap siapa dan kapan
teknik ini digunakan. Usul/saran biasanya digunakan/diberikan dalam fase
penyelesaian masalah.
Contoh:
Ko :
waktu yang tepat seandainya saudara ingin membicarakan pemilihan jurusan kepada
ibu saudara adalah pada saat acara santai dengan keluarga. Bagaimana?
Ko :
kalau boleh saya usul, waktu yang tepat adalah setelah makan malam, bagaimana?
b. Penolakan (criticism)
Konselor
menyatakan pendapatnya berdasarkan pertimbangan objektif, yang bersifat menolak
pandangan, tindakan, atau rencana konseli. Akan tetapi, pemberian teknik ini
harus sangat hati-hati karena penyampaian yang tidak tepat bias merusak
hubungan dalam proses konseling. Dalam hal tindakan moral dan pendidikan,
teknik ini akan mudah digunakan.
PEMBAHASAN PSIKOTERAPI
A. Sejarah
Psikoterapi
Psikoterapi berawal dari upaya menyembuhkan pasien yang
menderita penyakit jiwa berabad-abad yang lalu dengan orientasi mistik. Upaya
mengusir roh jahat dengan cara tidak manusiawi (mengisolasi, mengikat,
memasung, memukul). kemudian Philipe Pinel Melakukan pendekatan bersifat
manusiawi, yang berorientasi pada kasih sayang (love oriented approach) dan
mendirikan asylum. Lalu, Anton Mesmer Mempergunakan teknik hypnosis &
sugesti.
B.
Definisi Psikoterapi Menurut Para Ahli
Menurut Carl Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul
medisnya dan tidak lagi merupakansuatu metode perawatan orang sakit.
Psikoterapi kini juga digunakan untuk orang sehat atau pada mereka yang
mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita
semua.Menurut pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain digunakan untuk
fungsi kuratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan), dan
konstruktif (pemeliharan dan pengembangan jiwa yang sehat).
Wolberg (1967 dalam Phares dan Trull 2001), mengungkapkan
bahwa psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen terhadap
masalah yang sifatnya emosional. Dengan tujuan menghilangkan simptom untuk
mengantarai pola perilaku yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan pribadi yang positif.
C.
Kegunaan Psikoterapi
1. Membantu
penderita dalam memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan
kesulitan penyesuaian diri, memberi perspektif masa depan yang lebih cerah.
2. Membantu
penderita mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi, dan
3. Membantu
penderita menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan pengobatannya.
Berikut adalah perbedaanya :
Konseling merupakan proses wawancara tatap muka antara dua
orang (konselor dan klien) yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada
klien, sehingga klien dapat memecahkan masalahnya dan lebih berkembang dalam
kehidupan sekarang dan masa depannya. Konseling lebih berpusat pandang masa
kini dan masa yang akan datang melihat dunia klien. Klien tidak dianggap sakit
mental dan hubungan antara konselor dan klien itu sebagai teman yaitu mereka
bersama-sama melakukan usaha untuk tujuan-tujuan tertentu, terutama bagi orang
yang ditangani tersebut. Konselor mempunyai nilai-nilai dan sebagainya, tetapi
tidak akan memaksakannya kepada individu yang dibantunya konseling berpusat
pada pengubahan tingkah laku, teknik-teknik yag dipakai lebih bersifat
manusiawi. Konselor bekerja dengan individu yang normal yang sedang mengalami
masalah.
Sedangkan pengertian Psikoterapi adalah suatu interaksi
sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip-psinsip
psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran
dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan
memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang
individu. Psikoterapi lebih berpusat pada pndangan masa yang lalu dan melihat
masa kini individu, klien dianggap sakit mental. Klien dianggap sebagai orang
sakit dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah meminta orang yang
ditolongnya itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan, terapis berusaha
memaksakan nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang ditolongnya. Psikoterapis
berpusat pada usaha pengobatan teknik-teknik yang dipakai adalah yang telah
diresepkan, terapi bekerja dengan “dunia dalam” dari kehidupan individu yang
sedang mengalami masalah berat, psikologi dalam memegang peranan.
Untuk
memahami berbagai hal yang berkaitan dengan psikoterapi dan konseling maka
berikut adalah ulasan pembahasan untuk membedakannya, yaitu:
Mengenai
Tujuan
Konseling bertujuan membantu seseorang dalam menghadapi
tugas-tugas perkembangan agar bisa berlangsung lancar . Hahn&MacLean
(1955), mengemukakan mengenai tujuan konseling yakni menitikberatkan pada upaya
pencegahan agar penyimpangan yang merusak dirinya tidak timbul sedangkan
psikoterapi terlebih dahulu menangani penyimpangan yang merusak dan baru
kemudian menangani usaha pencegahannya.
Blocher(1966) membedakan konseling dan psikoterapi dengan
melihat pada tujuannya,secara singkat yaitu pada Konseling terdapat developmental
– educative – preventive. Sedangkan pada psikoterapi terdapat remediative –
adjustive – therapeutic.
Mengenai
Klien, Konselor dan Penyelenggaranya
Secara tradisional mudah membedakannya karena pada
konseling, konselor menghadapi klien yang normal, sebaliknya pada psikoterapi
menghadapi klien (pasien) yang mengalami neurosis atau psikosis.
Mengenai Klien dan Konselor, Blocher(1966)mengemukakan
ciri-cirinya untuk membedakan antara konseling dan psikoterapi yaitu klien yang
menjalani konseling tidak digolongkan sebagai penderita penyakit jiwa, tapi
sebagai orang yang mampu memilih tujuannya,keputusannya dan bertanggung jawab
terhadap perbuaannya. Konseling dipusatkan pada keaadaan sekarang dan yang akan
datang.
Klien
adalah klien dan bukan pasien. Maka konselor tidaklah netral secara moral atau
tidak bermoral, melainkan memiliki nilai,perasaan dan normanya sendiri. Konselor
memusatkan pada perubahan perilaku,tidak hanya menumbuhkan pengertian.
Perbedaan konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh
Pallone (1977) dan Patterson (1973) yaitu konseling untuk klien, Gangguan yang
kurang serius, Masalah jabatan, pendidikan, Berhubungan dengan pencegahan, Lingkungan
pendidikan dan non medis, Berhubungan dengan kesadaran, dan Metode pendidikan. Sedangkan
psikoterapi untuk Pasien, Gangguan yang serius, Masalah kepribadian dan
pengambilan keputusan, Berhubungan dengan penyembuhan, Lingkungan medis, Berhubungan
dengan ketidaksadaran.
Sumber
:
Gunarsa,Singgih D.(2007).Konseling
dan psikoterapi.Jakarta: Gunung Mulia
Wirawan
S. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.
Kaplan
H.I. & Sadock BJ Psychotherapies, in Comprehensive Textbook of Psychiatry,
Chapter 31, Eight Edition, Vol.2, William & Wilkins, Baltimore, 2004, 1767-70.
Gabbard
G.O. Individual Psychotherapy, in Psychodynamic Psychiatry Clinical Practice –
The DSM – IV Edition, American Psychiatric Press, 2000, 91-5.
Lubis
DB & Elvira SD. Penuntun Wawancara Psikodinamik dan Psikoterapi. Balai
Penerbit FKUI, 2005: 10-12
Janis
I.L. Problems of Short-term Counseling, in Short-term Counseling, Yale
University Press, New Haven and London, 1983, 8-10.
Karasu
T.B. Psychotherapies: An Overview,
American J. Psychiatry, 134 : 8, 1977,
857- 8.
Weissman
M.M. & Markowitz, J.C., Interpersonal Psychotherapy,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar