Dalam dunia Psikologi, Psikoterapi bukanlah hal yang sangat
asing lagi melainkan hal yang sangat sering didengar. Berikut ini adalah
beberapa pengertian dari Psikoterapi :
Wolberg, mengungkapkan bahwa psikoterapi merupakan suatu
bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya emosional. Dengan
tujuan menghilangkan skimtom untuk mengantarai pola perilaku yang terganggu
serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif. Corsini
mengungkapkan psikoterapi sebagai suatu proses formal dan interaksi antara dua
pihak yang memiliki tujuan untuk memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan
(distress).
Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara pasien
dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu
menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran, dan perasaan pasien supaya
membantu pasien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah
dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu. Psikoterapi adalah usaha
penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku.
Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu
"Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan
"Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena
itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental,
atau terapi pikiran. Berdasarkan pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa Psikoterapi merupakan salah satu modalitas
terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping
psikofarmaka dan terapi fisik.
Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan
beberapa kaidah yang ada dalam psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain
dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun pemasaran. Dalam praktek, psikoterapi
dilakukan dengan percakapan dan observasi. Percakapan dengan seseorang dapat
mengubah pandangan, keyakinan serta perilakunya secara mendalam, dan hal ini
sering tidak kita sadari. Beberapa contohnya, antara lain seorang penakut, dapat
berubah menjadi berani, atau, dua orang yang saling bermusuhan satu sama lain,
kemudian dapat menjadi saling bermaafan, atau, seseorang yang sedih dapat
menjadi gembira setelah menjalani percakapan dengan seseorang yang
dipercayainya.
Bila kita amati contoh-contoh
itu, akan timbul pertanyaan, apakah sebenarnya yang telah dilakukan terhadap
mereka sehingga dapat terjadi perubahan tersebut? Pada hakekatnya, yang dilakukan ialah
pembujukan atau persuasi. Caranya dapat bermacam-macam, antara lain dengan memberi
nasehat, memberi contoh, memberikan pengertian, melakukan otoritas untuk
mengajarkan sesuatu, memacu imajinasi, melatih, dsb. Pembujukan ini dapat efektif asal dilakukan
pada saat yang tepat, dengan cara yang tepat, oleh orang yang mempunyai cukup
pengalaman. Pada prinsipnya pembujukan
ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai bidang, dan dapat
dilakukan oleh banyak orang.
Selain pengertian diatas, Psikoterapi juga didefinisikan
sebagai suatu keterampilan dasar yang perlu dimiliki seorang psikiater.
Psikoterapi sendiri diawali dan dikembangkan oleh banyak nama besar dalam dunia
psikiatri. Salah satunya adalah Sigmund Freud. Psikoterapi merupakan proses
interaksi formal antara dua pihak atau lebih, yaitu antara klien dengan
psikoterapis yang bertujuan memperbaiki keadaan yang dikeluhkan klien. Seorang
psikoterapis dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologisnya akan membantu
klien mengatasi keluhan secara profesional dan legal.
Dalam dunia kedokteran, komunikasi antara dokter dengan
pasien merupakan hal yang penting oleh karena percakapan atau pembicaraan
merupakan hal yang selalu terjadi diantara mereka. Komunikasi berlangsung dari
saat perjumpaan pertama, yaitu sewaktu diagnosis belum ditegakkan hingga saat
akhir pemberian terapi. Apa pun hasil pengobatan, berhasil atau pun tidak,
dokter akan mengkomunikasikannya dengan pasien atau keluarganya; hal itu pun
dilakukan melalui pembicaraan. Dalam keseluruhan proses tatalaksana pasien,
hubungan dokter-pasien merupakan hal yang penting dan sangat menentukan, dan
untuk dapat membentuk dan membina hubungan dokter-pasien tersebut, seorang dokter dapat mempelajarinya
melalui prinsip-prinsip psikoterapi.
Orang yang melakukan psikoterapi disebut Psikoterapis
(Psychotherapist). Seorang psikoterapis bisa dari kalangan dokter, psikolog
atau orang dari latar belakang apa saja yang mendalami ilmu psikologi dan mampu
melakukan psikoterapi.
Ciri-ciri dari definisi mengenai
psikoterapi ini, dijelaskan dibawah ini :
A.
Interaksi Sistematis
Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu
interaksi antara kline dan terapis. Kata sistematis di sini berarti terapis
menyusun interaksi-interaksi dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang
menggambarkan segi pandangan teoritis terapis.
B.
Prinsip-prinsip Psikologis
Psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan
teori-teori psikologis serta menyusun interaksi teraupetik.
C.
Tingkah Laku, Pikiran dan Perasaan
Psikoterapi memusatkan perhatian untuk membantu pasien
mengadakan perubahan-perubahan behavioral, kognitif dan emosional serta
membantunya supaya menjalani kehidupan yang lebih penuh perasaan. Psikoterapi
mungkin diarahkan pada salah satu atau semua ciri dari fungsi psikologis ini.
D.
Tingkah Laku Abnormal, Memecahkan Masalah, dan Pertumbuhan
Pribadi
Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok klien yang dibantu
oleh psikoterapi. Kelompok pertama adalah orang-orang yang mengalami
masalah-masalah tingkah laku yang abnormal, seperti gangguan suasana hati,
gangguan penyesuaian diri, gangguan kecemasan atau skizofrenia. Untuk beberapa
gangguan ini, terutama gangguan bipolar dan skizofrenia, terapi biologis
umumnya memegang peranan utama dalam perawatan. Meskipun demikian, selain
perawatan biologis, psikoterapi membantu pasien belajar tentang dirinya sendiri
dan memperoleh keterampilan-keterampilan yang akan memudahkannya menanggulangi
tantangan hidup dengan lebih baik. Kelompok kedua adalah orang-orang yang
meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan yang bermasalah atau
menangani masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat dianggap abnormal,
seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan karir. Kelompok
ketiga adalah orang-orang yang mencari
psikoterapi karena psikoterapi dianggap sebagai sarana untuk memperoleh petumbuhan
pribadi. Bagi mereka, psikoterapi adalah sarana untuk penemuan diri dan
peningkatan kesadaran yang akan membantu mereka untuk mencapai potensi yang
penuh sebagai manusia.
JENIS-JENIS PSIKOTERAPI
a. Berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai, psikoterapi dibedakan atas:
1
Psikoterapi Suportif:
Tujuannya
adalah untuk mendukung funksi-funksi ego, atau memperkuat mekanisme defensi
yang ada, memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan
lebih baik, dan perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Cara atau pendekatannya adalah bimbingan, reassurance, katarsis emosional,
hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi
kelompok.
2 Psikoterapi Reedukatif:
Tujuannya
adalah mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan
membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan. Cara atau pendekatannya adalah terapi
perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama.
3.
Psikoterapi Rekonstruktif:
Tujuannya
dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk
mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang. Cara atau pendekatannya
adalah psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney,
Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau
dinamik.
b. Menurut “dalamnya”, psikoterapi
terdiri atas:
1.
”superfisial”, yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada “permukaan”,
yang tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi yangdirepresi.
2.
“mendalam” (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang tersimpan dalam
alam nirsadar atau materi yang direpresi.
c. Menurut teknik yang terutama
digunakan, psikoterapi dibagi menurut teknik perubahan yang digunakan, antara
lain psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant
conditioning, modeling, asosiasi bebas, interpretative.
d. Menurut konsep teoretis tentang
motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat dibedakan menjadi:
Psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan
mental-emosional dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi);
psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan kognitif
automatis yang “keliru”; dan psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa
ingatan, keinginan, dorongan, ketakutan, dll. yang nirsadar ke dalam
kesadaran). Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori
belajar, sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep
psikoanalitik Freud dan pasca-Freud.
e. Menurut setting-nya, psikoterapi
terdiri atas psikoterapi individual dan kelompok (terdiri atas terapi marital
atau pasangan, terapi keluarga, terapi kelompok)
Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem
di antara pasangan, misalnya komunikasi, persepsi,dll. Terapi keluarga,
dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa,
akan mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan sebaliknya, keadaan
keluarga akan mempengaruhi gangguan serta prognosis pasien. Untuk itu seluruh
anggota keluarga diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi. Terapi kelompok,
dilakukan terhadap sekelompok pasien (misalnya enam atau delapan orang), oleh
satu atau dua orang terapis. Metode dan caranya bervariasi; ada yang suportif
dan bersifat edukasi, ada yang interpretatif dan analitik. Kelompok ini dapat
terdiri atas pasien-pasien dengan gangguan yang berbeda, atau dengan problem
yang sama, misalnya gangguan makan, penyalahgunaan zat, dll. Diharapkan mereka
dapat saling memberikan dukungan dan harapan serta dapat belajar tentang cara
baru mengatasi problem yang dihadapi.
f.
Menurut nama pembuat teori atau perintis metode psikoterapeutiknya,
psikoterapi dibagi menjadi psikoanalisis Freudian, analisis Jungian, analisis transaksional Eric Berne, terapi
rasional-emotif Albert Ellis, konseling non-direktif Rogers, terapi Gestalt
dari Fritz Perls, logoterapi Viktor Frankl, dll.
g. Menurut teknik tambahan khusus
yang digabung dengan psikoterapi,
misalnya narkoterapi, hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi permainan
dan peragaan (play therapy), psikoterapi religius, dan latihan meditasi.
h. Yang belum disebutkan dalam
pembagian di atas namun akhir-akhir ini banyak dipakai antara lain adalah konseling, terapi interpersonal, dan intervensi krisis.
Konseling menurut para ahli sebetulnya tidak termasuk
psikoterapi, oleh karena tidak memenuhi kriteria dan batasannya, antara lain
teknik, tujuan dan orang yang melakukannya, walaupun hubungan yang terjadi di
dalamnya juga merupakan “the helping relationships”. Konseling bukan hanya hubungan profesional
antara dokter-pasien, tetapi dapat dilakukan dalam berbagai bidang profesi,
misalnya guru, pengacara, penasehat keuangan.
SUMBER
:
Thong,
Denny. 2011. Memanusiakan Manusia Menata Jiwa Membangun Bangsa. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Kaplan
H.I. & Sadock BJ Psychotherapies, in Comprehensive Textbook of Psychiatry,
Chapter 31, Eight Edition, Vol.2, William & Wilkins, Baltimore, 2004, 1767-70.
Gabbard
G.O. Individual Psychotherapy, in Psychodynamic Psychiatry Clinical Practice –
The DSM – IV Edition, American Psychiatric Press, 2000, 91-5.
Lubis
DB & Elvira SD. Penuntun Wawancara Psikodinamik dan Psikoterapi. Balai
Penerbit FKUI, 2005: 10-12
Elvira
SD. Kumpulan Makalah Psikoterapi, Balai Penerbit FKUI, 2005: 5,7, 9.
Gabbard
GO. Long-Term Dynamic Psychotherapy, American Psychiatric Press, 2004, 91-5.
Jackson
SW. The Listening Healer in the History of Psychological Healing. Am J of
Psychiatry: Dec. 1992
Green
B. Psychotherapy, in Problem-based Psychiatry, Churchill Livingstone, Medical
Division of Pearson Professional Ltd., 1996, 140-3.
Wolberg
L.R. What is Psychotherapy? in The Technique os Psychotherapy, Part One,
Grune & Stratton, New York, San Fransisco, London,1977, 3-4, 15-6
Lubis
D.B. Wawancara Psikiatrik, dalam
Pengantar Psikiatri Klinik, Balai
Penerbit FKUI, 1989, 58-9, 97, 106, 112.
Janis
I.L. Problems of Short-term Counseling, in Short-term Counseling, Yale
University Press, New Haven and London, 1983, 8-10.
Karasu
T.B. Psychotherapies: An Overview,
American J. Psychiatry, 134 : 8, 1977,
857- 8.
Weissman
M.M. & Markowitz, J.C., Interpersonal Psychotherapy.
Semium,
Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar